Ngomongin Soal Tujuan Hidup

Klise banget ya, anak seumur hampir seperempat abad macam aku gini ngomonginnya tujuan hidup. Tapi kadang topik ini memang jadi hal yang nggak terelakkan. Rasa-rasanya pasti emang akan ada saatnya kita mulai mikirin ini. Dan lumrahnya ini mulai terjadi di usia-usia sekitar seperempat abad setelah selesai semua kewajiban pendidikan, karena apa? Karena itu adalah momen kita harus menentukan sendiri what's next nya kita. Sebelum itu, mayoritas dari kita dimanjakan oleh sistem pendidikan dan kehidupan kita yang sudah mendikte "jalan hidup kita". Habis TK pasti SD, begitu terus sampai kuliah. Di sekolah ada ujian, lalu liburan, lalu sekolah lagi, ujian lagi, liburan lagi, begitu seterusnya. Kemudian di suatu hari yang cerah kepala lu macem kesamber petir, lalu habis kuliah apa? Mau ngapain kita? Walaupun semakin tinggi pendidikannya makin banyak pertimbangan dan keputusan yang harus diambil, masih sangat mudah bagi kita untuk ikut arus, karena pilihan orang tua atau ikut pilihan teman-teman. Sementara itu, akan tiba saatnya kendali penuh ada di diri kita, orang lain cuma jadi referensi aja. Akhirnya beberapa orang yang beruntung bisa dengan mudah menemukan tujuan hidupnya dan dengan mulus menemukan kendaraan menuju tujuannya, sementara beberapa orang lainnya masih struggling, antara mencari tujuannya atau memikirkan kendaraannya.

Kenapa perlu?

Kalau menurutku pribadi, perlunya tujuan hidup seseorang itu absolut. Bahkan ketika kita nggak tau tujuan hidup kita apa, Al-Quran udah lebih dulu menuliskan tujuan manusia diciptakan, yaitu sebagai khalifah di bumi dan untuk beribadah kepada-Nya. Seminimal-minimalnya males mikirin tujuan hidup, yaudah lu bisa ngikut aja apa yang udah ada di Al-Quran. Hanya, kalo buat gua, tujuan di situ masih terlalu besar dan abstrak. Di dunia ini ada begitu banyak manifestasinya yang lebih lanjut bisa dipengaruhi oleh kemampuan dan keinginan atau ketertarikan masing-masing individu.

Orang yang nggak punya tujuan hidup itu ibarat kayak berkendara tapi nggak tau destinasinya mau ke mana. Yaudah dia jalan terus aja, yang penting selamat dan nggak berhenti. Meanwhile, orang yang ngerti tujuan hidupnya itu tau tujuan akhirnya apa, walaupun di perjalanan dia sempet salah jalan, atau punya berbagai alternatif jalan atau kendaraannya macet, dia nggak akan terlalu bingung karena dia tahu dia mau ke mana. Atau bahkan ketika dia merasa stuck nggak tau kenapa dia memilih jalan itu, dia juga nggak akan terlalu bingung, cukup inget-inget lagi aja dia punya tujuan yang mau dia capai. They know eventually they will get there, no matter how no matter when.

Gimana nentuinnya?

Bicara tentang gimana nentuinnya, pastinya ada banyak banget cara yang bisa membantu kita keluar dari keresahan apa tujuan hidup kita. Mau pilih cara yang mana, pun akhirnya tergantung preferensi kita masing-masing. Mencoba semua cara juga nggak ada salahnya, siapa tau kita akan menemukan insight yang berbeda. However, I will let you know mine.

First of all, ngomongin tujuan hidup itu nggak melulu asking yourself what is your life purpose? We could get overwhelmed just by hearing the terms "life purpose". It's somehow too big, if we don't get used to it. We may ask ourself what would i do with the remaining time of my life? Is there any ideal image of me I want to see when I'm older? That sounds better and achieveable.

Anyway, aku cukup beruntung bersyukur tumbuh besar di keluarga yang mulai memupuk dan memancing hal ini sejak dini. Walaupun dulu waktu masih kecil pertanyaannya lebih ke "kalau gede mau jadi apa", somehow koneksinya dengan hal-hal lain dari situ mendorongku untuk kemudian think bigger. Selama kita sekolah, dalam rangkaian aktivitas yang sekuensial itu tentu ada banyak hal yang kita lalui. Dan di antara banyak hal itu kita bisa memilih, mana aktivitas yang menghadirkan kesenangan, mana yang menurut kita membosankan dan nggak akan mau kita ulang lagi. Setelah kita memilah milih mana aktivitas yang menyenangkan, kita perlu tanya ke diri kita sendiri, kenapa kita senang melakukan itu. Bisa jadi karena ada rewardnya (uang atau jabatan). Sampe sini jangan berhenti untuk bertanya dulu. Tanya terus kenapa kamu seneng melakukan aktivitas itu sampai at least lima kali kamu bertanya why ke diri sendiri. Di situ kamu akan mulai menemukan kalau kamu seneng karena hal lain beyond what you can see, misalnya, dengan melakukan itu seperti ada sesuatu dalam hati kamu yang berkata kalau kamu melakukan hal yang benar dan berguna. Jadi emang tujuan hidup itu bukan tentang what, tapi tentang why. Purpose.

Contohnya, untuk diriku sendiri prosesnya kayak gini. Setelah tau aku pengen jadi orang yang bermanfaat buat orang banyak, aku nentuin bidangnya dari dua hal yang menurutku paling penting: hal yang aku enjoy to the max dan hal yang impactnya high to the max. Aku sendiri nggak lama-lama mikir untuk menentukan apa yang aku enjoy sekaligus impactful. Aku udah nyadar dari lama kalo aku enjoy belajar, enjoy learning, dan enjoy berbagi knowledge untuk membantu orang. Bukannya sok-sokan, tapi selama sekolah, nggak ada hal yang aku benci sebegitunya, simply karena aku suka belajar aja. Stress pasti ada, sampe sakit juga pernah, males juga sering, tapi itu kuanggap sebagai dinamika naik turun kehidupan aja. Kita nggak bisa selalu sempurna kan? Di sisi lain, aku masih menemukan loop hole di dunia pendidikan ini, baik yang aku sadari karena mengalami sendiri, maupun dari keluhan orang-orang lain. Jadi banyak mimpi yang aku tulis yang tujuannya menambah knowledge supaya bisa meningkatkan kualitas diri (diri sendiri dan orang lain).

Lalu?
Lalu gimana kalau udah punya tujuan? Di sini yang mungkin agak pelik karena perjalanan nggak selalu lurus, kadang ada belok atau nyasarnya. Yang penting keep in mind aja kita punya tujuan di depan. Jadi, sebelum kita ambil keputusan besar, kita bisa tanya dulu ke diri sendiri, apakah keputusan ini akan membawa kita selangkah lebih dekat ke tujuan kita? Apakah keputusan itu mempunyai value yang sama dengan tujuan kita? Kalau iya, atau mendekati iya, maka jangan ragu lagi untuk say yes. Kalau ternyata pilihan kita terbatas dan belum ada yang mengarah ke tujuan kita gimana dong? Ya nggak papa juga, yang penting kita selalu mengusahakan dan ketika kesempatan itu datang, nggak ada keraguan lagi.


Nah kalo yang masih bingung terus gimana? Yang pertama, memilih tujuan itu nggak harus melulu yang berat-berat atau yang besar-besar. Dan kalau masih bingung sebenernya wajar, kamu nggak sendiri. Karena ya itu tadi, kita sudah terbiasa punya timeline hidup yang menuntun kita sejak kecil sampai tamat sekolah. Eksplor aja berbagai hal yang kamu rasa mengundang minat dan kamu punya calling di sana. Coba sebanyak-banyaknya hal, kenalan sama banyak orang, ngobrol tentang banyak topik, dengan begitu kamu akan bisa punya perspektif yang lebih luas dan bisa memilih. Yang paling penting buat yang belum nemu tujuan maupun buat yang belum nemu cara mencapai tujuannya, jangan pundung. Jangan merasa kalau yang kita lakukan selama ini nggak berguna, kalau kita nggak ada artinya. Walaupun ini sering disebut dengan quarter life crisis dan aku juga merasa kan itu di umur 24 an ini, aku kembali mengingatkan diri sendiri bahwa hidup nggak berhenti di umur 25. Kadang ngeliat orang yang kayak lancar banget hidupnya, aku ingetin diri sendiri untuk jadiin itu sebagai motivasi, bukan iri dengki. Semua orang punya timeline hidup masing-masing bukan? Aku balik yakinin diri sendiri aja bahwa we will get there eventually, somehow. Berdoa berusaha.

Btw ada juga sih orang yang beranggapan tujuan hidup itu nggak perlu dan malah bikin hidup lebih berat dan nggak lepas. Ada yang lebih suka hidupnya ngalir, live in the present, menikmati yang ada sekarang. Aku nggak bilang itu salah juga sih, hanya kita ada di mazhab yang berbeda aja. You do you.

Ya jadi intinya gitu lah ya. Semoga celotehan gua kali ini ada manfaatnya yang bisa diambil, walaupun nulisnya agak ngalor ngidul sambil curcol curcol dikit wkwk

Comments

Popular Posts