Tranquility of The Soul

Hula, aku mau curhat

Lately, aku sedang belajar dan berlatih untuk jadi pribadi yang lebih positif. Aku pengen jadi orang yang selalu bisa melihat hal positif beyond everything, meskipun keadaan sedang pahit dan mungkin di sana sini ada masalah, kegagalan, atau cobaan. Aku pengen jadi orang yang terus dan selalu bersyukur.

Jujur aja, rasanya gak semudah itu untuk orang yang sering insecure dan overthinking kayak aku. Beberapa waktu lalu aku pernah jadi tipikal orang yang hanya karena trigger kecil bisa ngerasa jadi satu-satunya orang yang gagal, nggak berharga, nggak berguna, nggak dicintai, nggak punya masa depan, dan nangis-nangisan terus. That's a weird and annoying feeling I swear to you guys. And I'm trying to never ever again have that sort of thoughts and feelings. Hence, I'm learning and trying to be someone more positive and grateful. Aku punya tekad yang kuat untuk hal ini. Makanya, walaupun belum sempurna banget bisa positif setiap saat, at least I think I've been improving. I don't have sleep deprivation anymore and crying intensity got sooooo much lower.

Jadi, ini adalah apa yang aku lakukan setelah mendapat beberapa saran dari orang terdekat, dari baca buku, dan dari sumber-sumber lain di internet:

Yang paling utama adalah mendekatkan diri kepada Allah. Aku adalah orang yang mengimani takdir Allah. Hmm percaya takdir Allah tapi suka insecure, hahaha dasar aku. Iya aku juga nyadar kalo itu aneh dan kontradiktif, makanya aku ingin mengimani sampai ke akar rumput. Mengembalikan semua ke Allah dan Al-Quran. Memperbanyak dzikir dan amalan-amalan riyadhoh lainnya. Sounds religious ya hahaha. Padahal mah waktu itu karena lagi banyak mau, makanya banyak berdzikir supaya doa diijabah Allah. Astaghfirullahaladzim, betapa cetek keimananku yang banyak ibadah ketika ada maunya aja. Tapi kupikir-pikir lagi mungkin memang ini adalah turning pointnya dan mungkin untuk bisa upgrade aku butuh proses dan perjalanan tertentu. Lama-kelamaan aku meralat niatku. Pengen ibadah bukan lagi semata-mata karena lagi banyak mau, tapi supaya makin dekat dengan Allah dan supaya hati merasa tenang. Itu aku alami sendiri sebagai pengalih yang ampuh saat negative thoughts menyerang. Aku buru-buru dzikir biar pikiran netral lagi, sehingga belum sempat aku merasa sedih aku sudah sibuk memikirkan hal lain yang lebih berfaedah. Kemudian aku yakin, ketika kita sudah dekat dengan Allah, Dia akan memberi apa yang kita butuhkan, menunjukkan jalan, dan yang terpenting memberi ketenangan hati.

"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (13:28)
"Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku." (1:152)

Aku juga jadi lebih sering menulis. Apa yang ditulis? Apa aja, tentang perasaan, pemikiran, impian, tentang apa yang orang lain tidak bisa mengerti, apa saja yang memenuhi dan memberatkan hati. Kalau bisa sekalian problem solving saat menulis. Kenapa menulis? Karena when some things are better left unsaid, some things are better left written. Kadang-kadang tidak semua orang bisa mengerti perasaan dan pemikiran kita walaupun kita udah cerita panjang lebar. Di saat seperti itu, kita cuma punya diri kita sendiri yang bisa mengerti. Dan ketika nulis, kita kayak lagi ngomong sendiri, semua beban keluar, tapi nggak ada yang menghakimi atau nggak ada respon-respon yang nggak kita harapkan. Kadang-kadang setelah menulis dan ngomong sendiri, pikiran bisa jadi terbuka dan kita bisa mengambil insight dari kesulitan yang sedang kita alami. Biasanya aku tambahkan dengan nulis beberapa doa dan afirmasi positif. Buatku ini ngaruh banget untuk bikin hati lebih lega. Dan yang terpenting memberi ketenangan hati.

Tidak hanya itu, aku sedang berusaha not to take things for granted. Mulai tahun ini aku pingin bikin jar of happiness (kalau nggak males bikin jarnya HAHA!). Jadi aku mau tulis semua hal yang bikin aku merasa senang dan bersyukur, mulai dari hal kecil sampai hal besar. Supaya kalau beberapa waktu kemudian aku baca lagi, aku masih ingat betapa senang dan bersyukurnya aku di momen itu. Aku pengen, kalau suatu saat aku merasa sedih lagi, aku nggak perlu kesusahan mencari penghiburan karena dengan bersyukur hatiku akan tenang.

***

Jadi buat apa sih sebenernya aku melakukan itu semua? Memang betul, kalau di balik itu semua, sedang ada harap yang dipanjatkan dan doa yang ingin segera dikabulkan. Tapi di baliknya lagi tujuan paling dekat yang pingin aku capai adalah meraih ketenangan hati. Tranquility of the soul. Yang mana tranquility itu tidak semata-mata sama dengan harta kekayaan melimpah ya. Ada lho, orang yang kayanya bisa sampai 7 turunan tapi hidupnya nggak tenang, bahkan ada yang sampai bunuh diri. Tapi sebaliknya, ada juga orang yang sangat sederhana tapi hatinya selalu merasa cukup dengan rizki yang dia punya. Nah, aku pingin jadi orang yang seperti itu. Jauh dari rasa marah, sedih, iri, dengki, suudzon, dan kufur. Bisa selalu positif, husnudzon, merasa cukup, dan bersyukur. Melihat ujian dan rizki, keduanya sebagai nikmat. Semoga bisa yeuu, aamiin

Comments

Popular Posts