Bagian Paling Susah yang Lainnya

So, cerita ini terinspirasi setelah momen yang paling ditunggu-tunggu saat Lebaran: kumpul keluarga, main-main, dan great lecture. Well it was not that 'great' this time since no one prepares a certain material. The lecture just happened as it is, presented by oldest and most respected pakdhe, but it was still great, though.

Ini bukan cerita tentang the whole lecture, tapi cuma sebagian highlight yang paling membekas di hati aja, yaitu tentang istiqomah. Istiqomah, salah satu bagian tersulit dari proses. I think it's even harder than starting. Dimana ketika lu udah di tahap istiqomah, maka lu akan menjalankan sesuatu dengan niat yang benar, cara yang benar, dan konsisten. Ingat, konsisten. Yang artinya lu ga pernah meninggalkan rutinitas itu di jadwal itu no matter what (mungkin kecuali di saat yang super sangat darurat).

Konsistensi ini lah yang membuat istiqomah levelnya jadi lebih tinggi. Karena ketika lu udah istiqomah, maka aktivitas itu adalah bagian dari diri lu sehari-hari. Ketika itu kelewatan sekalii aja, lu akan ngerasa bagian dari diri lu ada yang hilang. Coba bayangin, kita terbiasa pergi kemana-mana pake jam tangan. Sekali aja kita pergi lupa pake jam tangan, udah rasanya gatel dan insecure abis itu tangan karna rasanya ada yang hilang.

Selanjutnya, karena konsistensi ini juga lah, amalan kecil yang dilakukan secara istiqomah nilainya akan lebih besar dan mulia di mata Allah dibandingkan dengan amalan besar yang cuma sekali-sekali. Because when you are doing it consistently, it is being a part of you. Ketika karena kehendak Allah kita terpaksa berhenti atau sekip suatu kali melakukannya, amalannya akan terus mengalir seperti ketika kita biasa melakukannya.

Now, again, this got me thinking.
Amalan apa yang udah kulakukan secara istiqomah?
Amalan kecil apa yang bisa kulakukan secara istiqomah?

Dan betapa baik Allah tetap mengalirkan pahala atas nama keistiqomahan meskipun kita berhalangan.

Could Allah grant us all steadfastness and firmness upon the deen.