PostgraduationLyfe



10 Agustus 2017

That tired face tho, still couldn't believe she has passed her defence

Time,
It has no legs,
It has no wings either,
But it's always passed by so quickly
It is an absolute,
Till all that remained with you was memories.

Terakhir ngepost ternyata dua tahun yang lalu??! Tapi padahal ga pernah berhenti nulis kok, sungguh. Tulisan ini juga dibuat karena teringat bahwa udah punya draft tulisan collegelyfe, kknlyfe (mulai dari pra-pas-pasca), ptlyfe, kplyfe, dan skripsilyfe. Lalu ingin melengkapi dengan postgraduationnya.
 
Dipost terakhir masih cerita tentang kehidupan mahasiswa tahun kedua yang penuh kebahagiaan dimana isinya nyoba lomba sana sini dan ikut kegiatan organisasi sana sini. Ternyata hari ini anaknya udah sidang pendadaran dan tinggal menunggu saat official lulus dan jadi alumni. Lagi, saat ini aku merasakan waktu begitu cepat. Mungkin bisa dibilang terlalu cepat. Tahun-tahun itu adalah saat yang penuh pelajaran, tantangan, dan kebahagiaan. Aku hampir yakin di tahun-tahun itu aku juga banyak mengeluh dan menggerutu, juga kesal, marah, dan menangis. Tapi anggaplah semua itu kita beri label saja sebagai proses pembelajaran yang memang pasti tidak selalu mulus. Toh akan lebih menyenangkan jika kita lebih benyak mengapresiasi hal-hal positif ketimbang harus banyak menggubris hal-hal negatif. Di masa-masa sekarang ini ketika “nggetih akademis” itu telah berlalu lucu banget kalo flashback dan mengingat-ingat lagi. Betapa bahagianya hidup waktu itu, waktu punya banyak teman dan ada banyak sekali hal baru yang menarik untuk dipelajari.

Dulu saat masih sekolah atau masih kuliah, membayangkan kehidupan berkarir atau kehidupan pascasekolah rasanya begitu menyenangkan. Aku mau bekerja di perusahaan ini, atau aku mau bekerja di jabatan ini, atau aku mau bekerja di kota/negara ini. Semuanya terasa begitu mudah dibayanganku. Seolah bekerja itu cuma tinggal menyalakan laptop dan mengetik saja atau datang rapat sambil menyeruput teh hangat saat break. Kenyataannya? Kehidupan pascasekolah masih terus digentayangi oleh tantangan-tantangan baru yang berbeda. Can be better or worse, depend on the person itself.

Saat ini setelah menyelesaikan semua kewajiban kuliahku – yang artinya aku benar-benar tinggal menunggu wisuda saja – aku merasa ada beban yang lebih berat di pundakku. Lebih berat dari UAS fisika, lebih berat dari pretest praktikum SCM, lebih berat dari laprak QRE. Lebih berat karena beban ini adalah masa depanku, bukan sekedar besok-kalo-nilaiku-jelek-gimana-ah-bisa-diulang-makulnya. Mau apa aku setelah lulus? Mau kuarahkan kemana langkahku? I wake up everyday with the same worries and anxiety.

Mau kuarahkan kemana langkahku? Mau jadi apa aku nanti? 5 tahun, 10 tahun, dan 20 tahun lagi mau ngapain?

Pertanyaan itu hinggap di kepalaku tiada henti-hentinya.

Tak berhenti sampai di situ, setelah berusaha menyusun rencana tentang apa yang akan dilakukan yang terjadi adalah muncul pertanyaan-pertanyaan lain berisi kekhawatiran yang lain.

Tapi kalau ga keterima? Tapi kalau ternyata ga enak? Tapi kalau? Tapi kalau? Tapi bisa ga? Tapi? Tapi? Tapi?

Lalu aku berpikir lagi, apa cuma aku yang merasa seperti ini? Kenapa yang lain terlihat begitu selow dan siap? Ah, mungkin rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau?

Begitulah otakku masih kerap berpikir, walaupun belum menemukan jawaban.

Hey kenapa post ini jadi terasa penuh sambatan ya? Hahahahaha

Comments

Popular Posts